Halontb.com – Visi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai provinsi hijau bukan sekadar wacana. Pemerintah Provinsi NTB bersama PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB kini tengah menyusun langkah konkret untuk mempercepat realisasi transisi energi bersih dan memperkuat ketahanan energi daerah melalui pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Pertemuan yang berlangsung Senin, 16 Juni 2025, di Kantor Gubernur NTB ini menjadi panggung bagi sinergi antarlembaga. Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, dan GM PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, sepakat bahwa NTB bisa melesat menjadi provinsi pelopor Net Zero Emission (NZE) di tahun 2050 sepuluh tahun lebih awal dari target nasional.
“Transisi energi tidak bisa ditunda. Kami di PLN mendukung penuh pengembangan EBT di NTB. Ini bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga investasi jangka panjang untuk generasi mendatang,” ujar Heny.
Data menunjukkan, saat ini bauran EBT di sistem kelistrikan NTB masih berada di angka 5,37 persen. Namun targetnya tidak main-main: naik menjadi 25,19 persen pada 2034. Potensi besar seperti tenaga surya yang melimpah, angin yang stabil di beberapa wilayah, dan biomassa dari limbah pertanian menjadi modal besar yang siap digarap bersama.
Tak hanya fokus pada pembangkit konvensional berbasis EBT, pertemuan ini juga menyoroti isu pengelolaan sampah. Pemprov NTB mendorong pembentukan PLTSa sebagai solusi dua arah: menjawab persoalan sampah dan memperkuat pasokan energi. PLN memberi sinyal positif untuk mendukung program Waste to Energy, asalkan proyek-proyek terkait dapat diakomodasi dalam rencana RUPTL PLN ke depan.
“Kami ingin menjadikan NTB sebagai percontohan daerah yang tidak hanya andal dalam energi, tetapi juga tangguh menghadapi krisis iklim dan perubahan global,” tegas Gubernur Iqbal.
Pertemuan tersebut dihadiri pula oleh Kepala Dinas ESDM NTB, jajaran senior PLN, serta perwakilan dari berbagai sektor terkait. Sinergi ini menjadi pondasi penting untuk membangun NTB masa depan: hijau, mandiri, dan ramah lingkungan.
Dalam forum tersebut, PLN juga menyampaikan kesiapan mereka dalam mendukung investasi hijau di NTB, baik melalui pembangunan pembangkit EBT skala besar maupun pengembangan skema distributed generation berbasis komunitas seperti PLTS atap untuk rumah tangga, sekolah, dan fasilitas umum.
“NTB punya semua syarat untuk menjadi provinsi masa depan: potensi alam, dukungan kebijakan, dan keberanian untuk berubah,” kata Heny optimistis.
Salah satu agenda ke depan yang didorong adalah proyek percontohan pembangkit tenaga surya terapung (floating solar PV) di bendungan strategis di NTB. Proyek ini dinilai mampu memaksimalkan ruang air sekaligus menjaga konservasi lingkungan.
Tak hanya berhenti pada soal teknis, PLN dan Pemprov NTB juga berkomitmen memperkuat kampanye edukasi publik tentang pentingnya energi bersih. Ini termasuk mendorong partisipasi generasi muda, kampus, pelaku UMKM, dan dunia usaha dalam program transisi energi.
Dengan sinergi yang terus diperkuat, NTB optimistis tak hanya akan mencapai target NZE 2050, tetapi juga tampil sebagai wajah baru pembangunan hijau Indonesia Timur. “Transisi ini bukan sekadar proyek, ini gerakan bersama yang akan menentukan arah sejarah pembangunan kita ke depan,” pungkas Gubernur Iqbal menutup pertemuan penuh makna itu.






