Halontb.com – Flores tengah bersiap menulis ulang babak baru dalam sejarah kelistrikannya. Di tengah desakan global untuk meninggalkan energi fosil, Pulau eksotik di timur Nusantara itu kini diposisikan sebagai pionir dalam peta jalan transisi energi nasional, menyusul pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2025.
Peraturan yang ditandatangani Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ini membawa arah baru: pengurangan drastis ketergantungan pada PLTU dan PLTD, pembatasan pembangunan pembangkit berbasis batu bara, hingga pensiun dini untuk pembangkit beremisi tinggi. Di sisi lain, pembangkit ramah lingkungan seperti panas bumi, surya, angin, dan bioenergi mendapat prioritas tinggi.
PLN, sebagai ujung tombak transformasi, telah menyiapkan roadmap khusus untuk Flores. Potensi geothermal yang mencapai lebih dari 1.000 MW menjadi andalan utama dalam mewujudkan sistem kelistrikan yang bersih, stabil, dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini bukan sekadar soal mengganti mesin diesel dengan turbin uap, tapi merancang ulang masa depan energi kita,” ujar Yasir, GM PT PLN UIP Nusra. “Kita bicara tentang memastikan listrik menyala dengan biaya yang lebih murah, emisi lebih rendah, dan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat lokal.”
Flores saat ini memiliki kapasitas terpasang 104,2 MW dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi mencapai 8,26% per tahun. Beban sistem yang nyaris penuh menuntut solusi jangka panjang dan geothermal menjadi jawaban yang paling realistis dan strategis.
Transformasi energi ini juga membuka ruang inovasi sosial. Program PPM (Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat) yang terintegrasi dengan proyek pembangkit memberi kontribusi langsung pada kehidupan masyarakat sekitar. Jalan akses dibuka, lapangan kerja tumbuh, keterampilan lokal diasah, dan ekonomi desa pun bergerak.
Namun PLN sadar, keberhasilan tidak hanya bergantung pada teknologi. Regulasi yang berpihak, dukungan pemerintah daerah, kemauan politik, hingga literasi energi masyarakat menjadi faktor kunci. Flores bisa menjadi model nasional jika kolaborasi semua pihak berjalan selaras.
Permen ESDM ini bukan sekadar dokumen kebijakan, tapi sinyal kuat bahwa Indonesia serius menata ulang sistem kelistrikan masa depan dimulai dari tempat yang selama ini mungkin luput dari perhatian: pulau-pulau timur.
















