Halontb.com – Ancaman terorisme merupakan sebuah realitas yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Terorisme dapat terjadi di lingkungan perkotaan yang dinamis hingga lingkungan pedesaan yang guyub dan harmonis dan dapat menimbulkan dampak kerugian yang besar terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat maupun pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan tersebut dikemukakan, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Irjen Pol Ibnu Suhendra, S.IK diwakili Direktur Pembinaan Kemampuan Brigjen Pol Wawan Ridwan, S.Ik., S.H., M.H pada acara Penguatan Kapasitas dan Kompetensi Personel TNI, Polri dan Instansi terkait mendukung penanggulangan terorisme di provinsi Nusa Tenggara Barat, Selasa (25/7/2023) di Golden Palace Hotel Mataram.
Deputi menambahkan, berdasarkan Indeks Potensi Radikalisme (IPR) tahun 2022 yang dipublikasikan oleh BNPT, Provinsi NTB berada dalam peringkat 6 nasional dengan nilai indeks 13,3. Nilai tersebut berada di atas rata – rata nasional yang berada di angka 10.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kenyataan tersebut dapat kita lihat bersama dengan masih adanya penangkapan terhadap beberapa pelaku teror di NTB seperti penangkapan terhadap 6 terduga teroris pada bulan Maret 2022 di wilayah NTB. Selanjutnya, penangkapan terhadap 3 orang terduga teroris jaringan JAD Bima pada Juni 2022 dimana 2 diantaranya (SO dan AS) merupakan residivis mantan Napiter, dimana setelah mengikuti pelatihan militer bersenjata api pada tahun 2012 serta pernah terlibat dalam merangkai bom rakitan yang meledak di Pos Polisi Smaker jalan, Kabupaten Poso dan SO telah bebas pada Desember 2019. Berikut pada Mei 2023, ditangkap seorang terduga teroris berinisial MT di Kota Bima, NTB. Ia diketahui pernah berangkat ke Yaman dan bergabung dengan organisasi Al Qaeda in The Arabian Peninsula (AQAP),” ujarnya.
Selain itu dikatakan Deputi, riset yang dilakukan oleh pusat studi agama dan demokrasi Yayasan Wakaf Paramadina juga menunjukkan bahwa perkembangan terorisme di Bima, NTB dalam dua dekade terakhir menjadi masalah serius dan menjadi salah satu tantangan pengelolaan demokrasi yang berat di Indonesia.
“Aksi terorisme yang terkait dengannya, baik di Bima maupun di luar Bima, memiliki akar yang cukup dalam. Di dalam sejarah Bima (atau Indonesia) kontemporer dengan alasan menjadi pendorong dan pendukung yang cukup kuat terhadap gerakan radikalisme,” tandasnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya