Kemunculan aliansi baru, juga akan selalu identik dengan munculnya tokoh-tokoh sentral dalam hal arah dukungan mereka kepada kandidat tertentu dalam Pilpres. Didu mengungkapkan, Mi6 melihat bagaimana pasangan Ganjar-Mahfud sudah sangat menyadari hal ini sehingga terlihat aksi nyata mereka dalam hal membangun dan membentuk aliansi dengan tokoh-tokoh lokal dan mendapatkan dukungan dari partai politik yang sudah pasti berkontribusi besar dalam memperkuat basis politik pasangan ini di NTB.
Yang tidak boleh dilupakan kata Didu, adalah bagaimana NTB merupakan provinsi yang memiliki keragaman budaya dan agama. Karena itu, bergabungnya sejumlah ulama dan pemimpin-pemimpin keagamaan dan Ormas Islam di NTB dalam barisan Ganjar-Mahfud, sudah pasti akan juga memberikan dampak yang signifikan pula.
”Mungkin ada pihak yang akan bilang, pengaruh tokoh agama tertentu di NTB tidak akan signifikan. Tapi, kajian Mi6 justru menunjukkan sebaliknya. Bahwa jika tokoh-tokoh panutan umat tersebut bisa berada dalam satu barisan, maka itu memastikan kandidat tersebut telah meraih dukungan kunci,” tandas Didu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam hal ini, Mi6 juga melihat bagaimana tokoh-tokoh kunci di partai-partai utama yang menjadi motor penggerak penyokong kandidat Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2024, sudah sangat jauh berbeda dibanding Pemilu 2019. Tokoh-tokoh utama tersebut, bahkan dalam Pemilu Serentak 2024, tidak lagi ikut bertarung. Dan hal ini, justru banyak menimpa Partai Gerindra yang menjadi motor penggerak utama Prabowo Subianto. Didu mengungkapkan, kehilangan sosok H Bambang Kristiono tak bisa ditampik, akan memberi dampak besar terhadap perolehan suara Gerindra, yang juga diyakini berimbas kepada suara Prabowo dalam Pilpres.
Sementara pada saat yang sama, tokoh-tokoh sentral di pasangan Ganjar-Mahfud justru masih sangat aktif, dan kian intens dalam hal bergerak dan solid memenangkan pasangan ini di NTB.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya






