Didu menegaskan, perubahan dalam demografi pemilih dapat memengaruhi strategi kampanye. Sebab, dalam hal ini, kontestan Pilpres perlu lebih memperhatikan kelompok pemilih tertentu. Dengan cara itu kata Didu, kesadaran pemilih bakal meningkat. Dan lagi-lagi, berdasarkan kajian Mi6, pasangan Ganjar-Mahfud sudah selangkah lebih maju dalam hal ini dibanding kandidat lainnya.
Aktivis senior Bumi Gora ini pun menjelaskan, bagaimana perubahan demografi tersebut akan diikuti pula dengan strategi kampanye. Seiring dengan dominannya pemilih milenial dalam Pemilu 2024 di NTB, maka kampanye kandidat dituntut lebih aktif menggunakan platform teknologi untuk berkomunikasi langsung dengan pemilih, menyampaikan pesan kampanye, dan merespons cepat terhadap isu-isu yang berkembang.
”Sudah sangat pasti, Pemilu 2024 bakal melibatkan penggunaan teknologi kampanye yang lebih canggih, seperti analisis data yang mendalam, pemilihan cerdas, dan penggunaan kecerdasan buatan untuk memahami preferensi pemilih dan merancang strategi kampanye yang lebih efektif,” tandas Didu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tokoh Sentral dan Mesin Partai
Di sisi lain, perbedaan lanskap Pemilu 2024 dengan Pemilu 2019 terlihat jelas dari perubahan signifikan dalam hal aliansi partai. Tak bisa ditampik, dinamika politik kata Didu sudah pasti mengalami pergeseran akibat kemunculan aliansi baru tersebut. Dan dalam banyak pengalaman di berbagai negara, hal tersebut justru memunculkan dan melahirkan pemimpin baru.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya






