Halontb.com – Tragedi yang terjadi di sebuah vila mewah Gili Trawangan pada April lalu masih menyisakan misteri kelam. Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Propam Polda NTB, ditemukan tewas. Dan di balik kematiannya, terseret nama seorang perempuan muda asal Jambi, Misri Puspita Sari, yang tinggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Misri, yang kini berusia 23 tahun, bukanlah sosok dari lingkungan gelap seperti yang mungkin dibayangkan banyak orang. Ia berasal dari keluarga sederhana. Setelah ayahnya wafat, ia menjadi tulang punggung keluarga. Lulusan SMA ini harus membiayai hidup ibu dan lima adiknya. Sayangnya, hidup membawanya ke persimpangan yang salah.
Awal mula keterlibatan Misri terjadi saat ia berkenalan dengan Kompol Yogi melalui Instagram pada tahun 2024. Setahun kemudian, datang tawaran liburan ke Lombok. Dengan iming-iming uang Rp10 juta dan semua biaya ditanggung, Misri menyanggupi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini bukan murni pilihan bebas. Dia terjebak dalam permainan yang lebih besar,” ujar pengacaranya, Yan Mangandar Putra.
Setibanya di Lombok, Misri dijemput oleh Nurhadi, lalu bergabung di vila bersama Aris dan Melanie. Malam itu menjadi pesta. Obat penenang, Inex, dan alkohol menyatu dalam euforia yang tak terkendali. Misri membawa Riklona atas instruksi Yogi. Semua seperti skenario yang sudah disiapkan.
Pada pukul 19.55 WITA, Misri merekam video singkat Nurhadi yang masih terlihat sehat. Tapi hanya tiga menit kemudian, Aris masuk ke vila. Itulah titik gelap yang masih belum terungkap. Apa yang sebenarnya terjadi dalam rentang waktu tersebut?
Misri mengaku kehilangan kesadaran. Ia masuk kamar mandi dan tak tahu apa yang terjadi setelahnya. “Dia tidak ingat. Semua kabur,” kata Yan.
Yang lebih mengejutkan, kondisi mental Misri terus memburuk. Ia mengalami depresi berat, dan bahkan sempat kerasukan saat hipnoterapi. Dalam keadaan tak sadar, ia menyebut “sosok besar tanpa wajah” yang menghalanginya mengingat peristiwa malam itu.
Menurut kuasa hukumnya, Misri tak hanya dihantui rasa takut terhadap Yogi, tapi juga terhadap kemungkinan ada jaringan terselubung di balik semuanya. “Kami yakin, ada skema besar yang memperalat perempuan seperti Misri,” ujarnya.
Kini, publik dihadapkan pada dua pilihan: menyudutkan Misri sebagai pelaku, atau membuka mata bahwa bisa jadi ia hanya korban dari kekuasaan, sistem, dan gelapnya dunia yang tak banyak diketahui orang.






