Halontb.com – Penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) kini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan dalam transisi energi nasional. PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) menjawab tantangan ini dengan langkah nyata: memperkuat tata kelola lingkungan di PLTMH Santong, salah satu pionir energi terbarukan di daerah ini.
Melalui kolaborasi strategis dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB, PLN melakukan pembinaan serta evaluasi menyeluruh terhadap kepatuhan lingkungan pembangkit. Mulai dari pengelolaan limbah, kesiapan fasilitas pendukung, hingga sistem monitoring operasional — semuanya ditinjau untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.
“Setiap tetes air di Santong adalah investasi masa depan energi bersih NTB. Kami ingin memastikan pembangkit ini dikelola dengan standar terbaik,” ujar Anton Wibisono, Manager PLN UPK Lombok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan kapasitas 1 MW dan produksi energi 3.350 MWh per tahun, PLTMH Santong telah menerangi ribuan rumah dan menjadi bagian penting dari sistem kelistrikan hijau NTB.
General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, menambahkan bahwa penguatan ESG adalah bagian dari strategi besar PLN menuju target Net Zero Emission 2060. “NTB punya potensi luar biasa. Jika dikelola konsisten, wilayah ini bisa menjadi role model energi bersih nasional,” ungkapnya.
PLN kini mengelola 19 unit pembangkit EBT di NTB dengan kapasitas total 37,604 MW. Dalam lima tahun ke depan, PLN menargetkan bauran energi bersih naik hingga 20 persen, dan 25,13 persen pada 2034. Transisi ini bukan sekadar pembangunan infrastruktur, tapi juga gerakan kolektif menuju masa depan yang lebih hijau.






