Halontb.com – Telah menjadi tradisi layaknya stimulus-respon setiap ada kebijakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu mendapat dari masyarakat. Mahasiswa biasanya menjadi elemen masyarakat yang sangat responsif terhadap kebijakan tersebut dengan selalu memilih demonstrasi sebagai saluran menyampaikan aspirasi penolakan (yang sebagian diantaranya berujung anarki). Bentuk respon seperti ini yang membuat image terhadap kebijakan penyesuaian harga BBM selalu diwariskan secara negatif dari waktu ke waktu.
Wacana tandingan yang coba digelorakan pemerintah dan kelompok masyarakat yang pro penyesuaian harga BBM terlihat belum mampu mengimbangi (apalagi menghapus) image negatif tersebut, meskipun rasionalisasi kebijakan yang dijelaskan oleh pemerintah sangat argumentatif.
Setiap momentum kebijakan penyesuaian harga BBM selalu menyisakan dua hal yang susah dipertemukan, yakni penjelasan pemerintah tentang kebijakan penyesuaian harga BBM dan penolakan masyarakat (terutama mahasiswa) atas kebijakan tersebut. Padahal bila kedua belah pihak mampu menghadirkan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan kebijakan (pemerintah) dan merespon kebijakan (masyarakat dan mahasiswa) maka keputusan penyesuaian harga BBM akan bisa diterima tanpa resistensi yang berarti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Komunikasi efektif antara pemerintah dan masyarakat dapat diwujudkan dengan cara memperbesar irisan kesepahaman tentang tujuan penyesuaian harga BBM, yang setidaknya dapat dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa strategi komunikasi sebagai berikut.
Pertama, perkuat sosialisasi. diseminasi informasi seputar kebijakan penyesuaian harga BBM perlu efektif dan di masifkan, sehingga diperlukan cara-cara yang kreatif dalam mensosialisasikan kebijakan yang dianggap tidak populis seperti penyesuaian harga BBM. Resistensi terhadap suatu kebijakan sangat mungkin disebabkan oleh keterbatasan pemahaman masyarakat atas kebijakan tersebut.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya