Halontb.com – Di balik keterbatasan fisiknya, I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung menyimpan rahasia kelam. Pria penyandang disabilitas tanpa kedua tangan ini terlibat dalam kasus pelecehan seksual yang menghebohkan NTB. Salah satu korbannya, seorang mahasiswi, akhirnya angkat bicara setelah lama terjebak dalam ketakutan. Kejadian ini memicu diskusi luas tentang bagaimana kejahatan bisa muncul dalam bentuk yang tidak terduga.
Korban mengaku bahwa Agus menggunakan pendekatan manipulatif untuk mendekatinya. Setelah berhasil membangun kepercayaan, pelaku mulai menggali rahasia pribadi korban dan menggunakannya sebagai alat ancaman.
“Dia tahu kelemahan saya, dan dia menggunakannya untuk menekan saya,” ujar korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ancaman itu terus menghantui hingga akhirnya korban mengalami pelecehan di sebuah homestay di Mataram.
Ketua Komisi Disabilitas Daerah NTB, Siti Nuraini, mengatakan bahwa kasus ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat.
“Penyandang disabilitas tidak selalu berarti tidak mampu melakukan kejahatan. Kita harus tetap adil dalam melihat kasus ini,” ujarnya.
Meski pelaku memiliki keterbatasan fisik, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengabaikan tindakan kriminal yang dilakukannya.
Pihak kepolisian saat ini masih mendalami kasus tersebut, termasuk kemungkinan adanya korban lain. Psikolog Lalu Yulhaidir menyebutkan bahwa kasus ini memperlihatkan bagaimana manipulasi psikologis bisa menjadi senjata yang sangat berbahaya.
“Korban sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi hingga terlambat. Edukasi tentang hal ini sangat penting,” tegasnya.
Kasus Agus Buntung kini menjadi simbol perlunya sistem hukum yang tegas namun adil, baik untuk korban maupun pelaku.