Misteri Uang Sewa Rp 4,4 Miliar: Polisi Kejar Fendi, Dalang Dugaan Korupsi Alat Berat PUPR NTB

- Wartawan

Kamis, 13 Maret 2025 - 04:33 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kasatreskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili. (Foto: Istimewa)

Kasatreskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili. (Foto: Istimewa)

Halontb.com – Satu per satu fakta mencengangkan mulai terungkap dalam kasus dugaan korupsi penyewaan alat berat milik Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Lombok, Dinas PUPR NTB. Uang sewa yang seharusnya masuk ke kas daerah sejak 2021 hingga 2024 justru raib tanpa jejak. Kini, polisi tengah memburu sosok ME alias Fendi, pria yang diduga menjadi kunci dari skandal ini.

Sumber kepolisian menyebutkan bahwa penyewaan alat berat ini berjalan selama tiga tahun, tetapi tidak pernah ada laporan pemasukan dari uang sewa. Sementara itu, alat berat yang disewa Fendi juga tidak dikembalikan. Dugaan praktik korupsi ini semakin kuat setelah polisi menemukan satu unit ekskavator dalam kondisi rusak dan terbengkalai di Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur.

Kasatreskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, menegaskan bahwa pihaknya telah menetapkan Fendi sebagai calon tersangka dan saat ini tengah melacak keberadaannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Untuk terduga pelaku, kami masih mencari keberadaannya. Itu atas nama ME sebagai penyewa alat berat. Sampai sekarang keberadaannya masih kami lacak,” ujar Regi, Selasa (11/3).

Keberadaan Fendi diduga sudah berada di luar NTB. Hingga kini, polisi telah melayangkan dua kali surat panggilan, tetapi Fendi tak kunjung memenuhi panggilan tersebut.

Jerat Hukum Menanti: Siapa Lagi yang Terlibat?

Kasus ini kian menarik perhatian publik setelah polisi memeriksa mantan Kepala Dinas PUPR NTB, Ridwansyah. Ia dimintai keterangan selama lebih dari tiga jam pada 31 Oktober 2024 terkait dugaan penyalahgunaan wewenang dalam proses penyewaan alat berat ini.

Sementara itu, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) NTB juga telah dilibatkan untuk mengaudit potensi kerugian negara. Namun, audit ini masih terganjal karena keterangan dari Fendi sangat dibutuhkan.

“Jika yang bersangkutan (Fendi) sudah diperiksa, BPKP akan melaksanakan audit. Kita hanya membutuhkan keterangannya sebagai saksi penyewa. Bisa dibilang, ia juga dapat menjadi terduga pelaku,” ungkap Regi.

Misteri Hilangnya Alat Berat dan Perburuan Fendi

Fendi diketahui menyewa tiga jenis alat berat, yakni satu unit ekskavator, dua unit dump truck, dan satu mixer molen. Namun, hanya ekskavator yang telah ditemukan dalam kondisi rusak. Dua dump truck dan mixer molen hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

Polisi menduga alat-alat berat tersebut bisa saja telah dijual atau dipindahtangankan secara ilegal. Jika benar, maka kasus ini tak hanya soal penyewaan fiktif, tetapi juga pencurian aset negara.

Kini, perburuan terhadap Fendi semakin intensif. Surat perintah untuk menangkap dan membawanya ke Mapolresta Mataram telah diterbitkan. Polisi tengah melacak keberadaannya, baik melalui informasi intelijen maupun koordinasi dengan aparat penegak hukum di luar NTB.

Mampukah Kasus Ini Terungkap?

Masyarakat kini menunggu dengan penuh perhatian bagaimana kelanjutan dari kasus ini. Apakah ada aktor lain yang turut bermain? Bagaimana skema ini bisa berjalan selama bertahun-tahun tanpa terendus?

Jika Fendi tertangkap, kemungkinan besar akan muncul fakta baru yang mengungkap lebih dalam soal dugaan korupsi ini. Namun, pertanyaan besarnya adalah, apakah kasus ini benar-benar akan diungkap hingga ke akar, atau akan berakhir seperti kasus-kasus lain yang menghilang tanpa jejak?

Publik menanti jawaban dari penegak hukum !.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Tiga Pekan Jalan di Tempat, Polisi Ungkap Alasan Lambannya Penanganan Dugaan Penipuan Proyek Dapur MBG Rp1,2 Miliar di Lombok Barat
Sirkuit Samota: Dari Mimpi Balapan Dunia Jadi Lintasan Skandal Anggaran Rp53 Miliar
Ketika Tanah Negara ‘Disulap’ Jadi Milik Pribadi: Praperadilan Mantan Pejabat BPN Ambruk di Mataram
“Baju Seragam, Tangan Bercincin, dan Pitingan Maut” Dua Polisi Diperkarakan atas Kematian Rekan Sendiri
Di Balik Nama Pembangunan: Dugaan Korupsi Lahan MXGP Samota Menganga
Lapas Lombok Barat Tegaskan Komitmen Berantas Halinar Lewat Deklarasi Nasional Imipas 2025
Istri Polisi Tersangka Pembunuhan, Tekanan Ekonomi Jadi Akar Tragedi Lembar
Dana Siluman Pokir: Ketika Uang Kembali, Tapi Keadilan Tak Pernah Datang

Berita Terkait

Kamis, 25 Desember 2025 - 06:29 WITA

Tanpa Padam Saat Ibadah, PLN Hadirkan Terang Natal 2025 di Seluruh NTB

Rabu, 24 Desember 2025 - 16:05 WITA

Dari Gardu hingga Gereja: Strategi PLN NTB Amankan Listrik Perayaan Natal 2025

Rabu, 24 Desember 2025 - 16:02 WITA

PLN Rampungkan Pemulihan Sistem Kelistrikan Aceh, Distribusi ke Masyarakat Jadi Prioritas Utama

Rabu, 24 Desember 2025 - 15:58 WITA

Negara Hadir di Tengah Banjir Aceh, PLN Pastikan Layanan Publik Bangkit Lebih Aman

Rabu, 24 Desember 2025 - 15:55 WITA

Dari Listrik hingga Air Bersih, BUMN Bergerak Bersama Percepat Pemulihan Aceh Pascabencana

Rabu, 24 Desember 2025 - 12:13 WITA

Siaga Penuh di Hari Jadi NTB, Listrik Andal Jadi Penopang Utama Upacara HUT ke-67

Rabu, 24 Desember 2025 - 09:27 WITA

Progres Proyek Jalan Nasional di NTB Capai Tahap Akhir, Satker Tegaskan Fokus pada Penyempurnaan

Sabtu, 20 Desember 2025 - 12:42 WITA

Pedagang Menjerit, Program MBG Disinyalir Buat Pasar Tradisional di Lombok Barat Sepi

Berita Terbaru