Mahasiswa Program Studi Pendidikan bahasa Inggris, UNW Mataram, 2024
Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Disleksia adalah gangguan saraf pada bagian otak yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa, menyebabkan kesulitan dalam membaca, menulis, dan berbicara. Penderita disleksia cenderung memiliki ejaan yang buruk dan ingatan yang lemah, serta mengalami kesulitan dalam pengolahan kata. Faktor genetik atau riwayat keluarga dengan disleksia dapat menjadi penyebab, meskipun penyebab pastinya belum diketahui. Anak-anak dengan disleksia seringkali memiliki sifat energik dan kemampuan bekerja keras, meskipun menghadapi kesulitan dalam perolehan bahasa. Identifikasi masalah disleksia pada anak umumnya melibatkan kesulitan dalam mengolah bunyi ucapan dan mengaitkannya dengan simbol tulisan seperti huruf.
Perbedaan dalam cara otak memproses bahasa lisan dan tulisan akan sangat mempengaruhi dalam hal pemerolehan bahasa. Perbedaan tersebut dapat mengganggu perkembangan kemampuan bahasa dan literasi awal. Jadi, pengembangan keterampilan mendengar,berbicara dan membaca itu sangat penting dalam memperoleh bahasa. Sebagian besar anak sudah belajar berbicara dan memahami bahasa secara alami. Namun, membaca adalah keterampilan yang harus di ajarkan dan dipelajari. Melalui kegiatan bermain, orang tua dapat mengajarkan anaknya sejak dini untuk mengembangkan keterampilan bahasa yang dapat membantu anaknya mengembangkan kemampuan yang akan dibutuhkan untuk belajar membaca.
Pemerolehan bahasa pada bayi yang baru lahir berawal dari suara tangisan yang menjadi bentuk respon terhadap situasi yang dialaminya. Cara anak merespon akan berkembang dengan seiiring berkembangnya usia kemudian akan menyimpan stimuli bahasa pada memorinya. Pemerolehan bahasa pertama atau disebut dengan bahasa ibu merupakan proses dimana aturan-aturan bahasa dipelajari berdasarkan apa yang diterima dari bentuk paling sederhana hingga bentuk yang konpleks. Anak akan lebih cepat menguasai bahasa jika dia memperoleh bahasa itu pada masa emas yaitu di usia 6-15 tahun. Pendapat lain juga mengatakan masa emas pada anak itu di usia sekitar 0-6 tahun. Akan tetapi, intinya batasan dari masa emas itu adalah masa pubertas. Masa emas adalah masa dimana otak manusia masih sangat elastis sehingga seorang anak dapat memperoleh bahasa pertama dengan mudah dan cepat.
Anak-anak penderita disleksia membutuhkan lebih banyak waktu untuk memproses suara menjadi bahasa. Mereka dapat mengalami kesulitan dalam berbicara, kurangnya kosakata, dan kesulitan menemukan kata. Gangguan disleksia seringkali terlihat saat anak memasuki masa pra sekolah, di mana kesulitan mengenali huruf dan memahami urutan bunyi dapat menjadi masalah.
Disleksia terdiri dari dua karakteristik utama, yaitu kelemahan dalam pemrosesan fonologis dan kesulitan membaca. Terapi wicara dapat membantu anak penderita disleksia, melibatkan latihan untuk meningkatkan keterampilan motorik, koordinasi, dan penggunaan kosa kata. Penggunaan papan tulis, permainan peran, dan membacakan buku dengan pelafalan yang benar adalah contoh terapi yang dapat membantu mencapai tujuan ini. Meskipun penderita disleksia menghadapi kesulitan belajar bahasa, terapi wicara dapat mempermudah proses pembelajaran mereka dalam membaca, menulis, dan berbicara.
Penulis Opini : Siti Mahfuzatul Hayati