Home / NTB

Seremoni Rp 8 M di FORNAS NTB, Publik Hanya Jadi Penonton Tak Diundang

- Wartawan

Minggu, 27 Juli 2025 - 05:34 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Minggu (27/7/2025), Ketua DPD Garda Satu NTB, Abdul Hakim, menyampaikan kritik pedas terkait penyelenggaraan FORNAS VIII di NTB. (Foto: Istimewa)

Minggu (27/7/2025), Ketua DPD Garda Satu NTB, Abdul Hakim, menyampaikan kritik pedas terkait penyelenggaraan FORNAS VIII di NTB. (Foto: Istimewa)

Halontb.com – Gelaran Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII yang diselenggarakan di Nusa Tenggara Barat (NTB) menuai banyak sorotan. Tak hanya atmosfernya yang dinilai lesu dan tertutup, publik juga mempertanyakan penggunaan anggaran yang mencapai puluhan miliar rupiah namun dinilai tak menyentuh kebutuhan masyarakat akar rumput.

Ketua DPD Garda Satu NTB, Abdul Hakim atau yang akrab disapa Bang Akim, menjadi salah satu tokoh yang menyuarakan kritik tajam terhadap pelaksanaan FORNAS kali ini. Ia menilai kegiatan berskala nasional itu minim pelibatan masyarakat lokal, sepi pemberitaan dari media daerah, serta tidak mengedepankan transparansi dan akuntabilitas publik.

Poin 5 RKA: Seremoni Habiskan Rp8,1 Miliar, Tapi Rakyat Hanya Menonton

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu kritik utama Bang Akim tertuju pada Poin 5 dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA), yang mencantumkan alokasi Rp8,1 miliar untuk kegiatan seremoni seperti Opening Ceremony, Closing Ceremony, Victory Ceremony, dan Expo UMKM.

“Anggaran untuk seremoni lebih dari Rp 8 miliar. Tapi masyarakat tidak melihat kemegahan yang setara. Tidak ada panggung rakyat, tidak ada festival yang menggugah semangat publik. Bahkan banyak warga tak menyadari kalau FORNAS sedang berlangsung,” ujar Bang Akim saat diwawancarai Seputar NTB, Minggu (27/7/2025).

Ia mempertanyakan ke mana larinya dana miliaran tersebut. “Siapa pelaksananya? Apa mekanisme penunjukannya? Tidak ada transparansi. Harus ada keterbukaan, karena ini uang rakyat,” tegasnya.

Sumbawa Diabaikan, FORNAS Dinilai Tak Merangkul NTB Secara Menyeluruh

Tak hanya di Lombok, kritik juga datang dari aspek representasi wilayah. Menurut Bang Akim, FORNAS seharusnya menjadi ajang milik seluruh masyarakat NTB, bukan hanya berpusat di satu pulau.

“Sebagai bagian tak terpisahkan dari Provinsi NTB, Pulau Sumbawa punya hak yang sama. Tapi kita tak melihat ada kegiatan, distribusi informasi, atau pelibatan peserta dari Sumbawa secara signifikan,” ungkapnya.

Ia menilai hal ini menjadi preseden buruk jika event nasional justru menampilkan ketimpangan internal di tubuh provinsi. “Kabupaten/kota di Sumbawa juga menyetor APBD ke provinsi. Tapi mereka malah seperti penonton dari jauh. Ini tidak adil,” tambahnya.

Media Lokal Diabaikan, FORNAS Sepi dari Sorotan Pers NTB

Tak hanya masyarakat, pelaku media lokal pun merasa disingkirkan. FORNAS VIII nyaris tanpa gaung di media massa lokal karena minimnya pelibatan wartawan NTB.

“Lucunya, media yang tidak dikenal publik NTB malah diakomodir. Sementara media lokal yang punya basis audiens kuat malah diabaikan,” kata Bang Akim.

CFD Sepi, Pengamanan Malah Jauhkan Warga

Kegiatan puncak FORNAS yang bertepatan dengan Car Free Day (CFD) di Kota Mataram justru mengusik kenyamanan warga. Alih-alih menjadi ruang inklusif, CFD malah sepi karena adanya pembatasan dan pengamanan ketat dari panitia.

“CFD harusnya jadi momentum menyatu dengan rakyat. Tapi karena terlalu banyak batas, rakyat malah menjauh,” ujar Bang Akim.

FORNAS Tanpa Festival Rakyat, Hanya Jadi Agenda Elit

FORNAS VIII juga dinilai gagal menjadi ajang pesta rakyat. Minimnya aktivitas budaya, kuliner lokal, dan pertunjukan seni membuat semangat rekreasi yang seharusnya menjadi nyawa FORNAS justru hilang.

“Kalau semua hanya seremoni elit dan protokoler formal, di mana letak ‘rekreasinya’? Ini seperti menonton pesta orang lain dari balik pagar,” kata Bang Akim.

Desak Audit Terbuka dan Evaluasi Menyeluruh

Bang Akim meminta agar pemerintah melakukan audit terbuka terhadap penggunaan anggaran FORNAS, khususnya pada komponen seremoni yang menyedot anggaran besar. Ia bahkan mendorong agar BPKP, inspektorat, hingga penegak hukum turut terlibat jika ditemukan indikasi penyimpangan.

“Ini uang rakyat. Jangan sampai dijadikan panggung elite yang menyisakan kesenjangan. Kalau tidak diaudit dan dievaluasi, hal seperti ini akan terulang,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua KORMI NTB, Nauvar Furqani Farinduan, belum memberikan tanggapan ketika dikonfirmasi oleh Seputar NTB hingga berita ini diturunkan.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Kejari Mataram Hadir di Sekolah: Bangun Kesadaran Hukum Siswa Lewat Upacara dan Program “Jaksa Menjawab”
Pembangunan Inklusif NTB: Dari Irigasi hingga Samota, Pemerintah Tancap Gas Wujudkan Akses Merata
RSUD KLU Roboh di Tengah Gelombang Aksi: Direktur Mundur, Rakyat Menolak ‘Tambal Sulam’ Sistem Bobrok
Semarak Hultah akbar ke-90 NWDI di Anjani: Dari Jalan Sehat, Marathon, Pawai Sepeda Motor, Pawai Alegoris hingga Do’a untuk Bangsa
Pemuda Pancasila NTB Teguhkan Dukungan untuk Yapto: Empat Dekade Kiprah, Satu Semangat Pancasila
Meriah! Hultah NWDI ke-90 Hadirkan Jalan Sehat di Mataram dengan Doorprize 5 Paket Umrah
Akses Ekonomi hingga Sekolah Lebih Lancar, Dua Ruas Jalan NTB Mulai Dibenahi
Peran Strategis Imigrasi Mataram di Balik Launching Desa Migran Emas dan Lounge PMI di NTB

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 12:36 WITA

Di Balik Nama Pembangunan: Dugaan Korupsi Lahan MXGP Samota Menganga

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:43 WITA

Istri Polisi Tersangka Pembunuhan, Tekanan Ekonomi Jadi Akar Tragedi Lembar

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:40 WITA

Dana Siluman Pokir: Ketika Uang Kembali, Tapi Keadilan Tak Pernah Datang

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:36 WITA

Kasus Brigadir Esco: Briptu RS dan 4 Tersangka Terancam Hukuman Berat Pasal 340 KUHP

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:53 WITA

Kuripan Berduka: Tubuh Roni Gantung Kaku, Pagi Bersuara Sunyi

Rabu, 15 Oktober 2025 - 07:08 WITA

Vonis 8 Tahun untuk Rosiady Dinilai Janggal, Penasihat Hukum Ajukan Banding

Kamis, 9 Oktober 2025 - 06:27 WITA

Korupsi Kian Merajalela, Aliansi Pecinta Keadilan NTB Serukan Reformasi Moral bagi Aparat Hukum

Rabu, 8 Oktober 2025 - 08:40 WITA

Laporan Sudah Dua Bulan, Tersangka Masih Misterius: Polisi Tunggu Apa Lagi ?

Berita Terbaru