Halontb.com – Seorang bayi meregang nyawa satu jam setelah dilahirkan. Bukan karena tidak ada rumah sakit. Bukan karena tidak ada dokter. Tetapi karena sistem pelayanan publik yang sering kali gagap menghadapi kenyataan. Itulah yang dialami WN (31), warga Dusun Sira, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung.
Sabtu (11/10), RSUD Lombok Utara menggelar konferensi pers untuk menjelaskan duduk perkara. Direktur RSUD, drg. Nova Budiharjo, tampil tenang di depan media. Ia membuka keterangannya dengan kalimat yang sudah sangat familiar: “Semua tindakan kami sesuai SOP.”
Menurut Nova, WN datang ke rumah sakit dalam kondisi hamil enam bulan dengan keluhan nyeri perut. Setelah pemeriksaan laboratorium, dokter mendiagnosis infeksi saluran kemih (ISK). Janin disebut dalam kondisi sehat. Pasien diberikan obat, nyeri diredakan, lalu dipersilakan pulang. “Dengan anjuran, bila keluhan memburuk segera kembali,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dan benar saja keluhan itu memburuk. Hanya saja, waktu tak lagi berpihak. Saat WN kembali, bayi telah lahir. Tim medis berupaya melakukan penanganan intensif. Namun, sebagaimana banyak tragedi di ruang IGD di pelosok negeri, semua “upaya maksimal” itu berakhir dengan pernyataan duka.
“Kami sangat menyesalkan peristiwa ini dan menyampaikan belasungkawa,” ujar Nova. Ia menyebut akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelayanan rumah sakit.
Namun publik tentu tahu, evaluasi bukan hal baru. Hampir setiap tragedi serupa ditutup dengan janji evaluasi. SOP pun seolah menjadi tameng ampuh meski sering tak sanggup mengalahkan realitas buruk: keterbatasan tenaga, minim respons cepat, dan sistem yang lebih lambat dari detik yang dimiliki bayi untuk bertahan hidup.
Kasus ini seharusnya tak berhenti pada klarifikasi manajemen. Ia adalah alarm keras bagi seluruh sistem kesehatan daerah bahwa nyawa bukan sekadar catatan medis. Ia tak bisa dikembalikan dengan permintaan maaf atau evaluasi yang tak menyentuh akar masalah.
Di atas meja konferensi, SOP terdengar sempurna. Tapi di ruang IGD, satu jam menjadi perbedaan antara hidup dan mati.






