Halontb.com – Di tengah reputasinya sebagai “Alcatraz-nya Indonesia,” Nusakambangan kini menyimpan cerita berbeda. Sebuah laboratorium harapan lahir di pulau ini: warga binaan Lapas diajarkan mengolah limbah batu bara menjadi produk bernilai jual.
Workshop FABA hasil kerja sama Imipas dan PLN menjadi motor perubahan. Warga binaan yang dulu terkungkung dalam stigma kini menatap masa depan dengan optimisme. Mereka tidak hanya menjalani hukuman, tetapi juga ditempa menjadi tenaga terampil yang siap kembali ke masyarakat.
“Ini ilmu yang akan menyelamatkan kami ketika bebas nanti,” kata Kevin Ruben Rafael, salah satu warga binaan. Senada, Listianto dari Lapas Nirbaya menambahkan, “Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menilai program ini sebagai bukti nyata ekonomi sirkuler. “Dari sesuatu yang dianggap limbah, lahirlah produk berkualitas. Dari keterbatasan, lahir kemandirian. Kami bangga warga binaan bisa menghasilkan produk premium,” ujarnya.
Tak hanya memberi harapan, program ini menjanjikan keuntungan ekonomi besar. Dengan kapasitas produksi 2 juta paving block dan 1 juta batako per tahun, omzet hingga Rp5,4 miliar bisa diraih.
Menteri Imipas, Agus Andrianto, menegaskan, “Nusakambangan akan menjadi percontohan nasional: dari pulau pengasingan menjadi pusat pemberdayaan.”
Kini, Nusakambangan tidak lagi sekadar pulau penjara. Ia berubah menjadi ruang eksperimen sosial, tempat lahirnya manusia-manusia baru dengan masa depan yang lebih cerah.