Sepak Bola Tanpa Lari, Tanpa Tabrak, Tapi Penuh Semangat: NTB Nyalakan Api Revolusi Walking Football di FORNAS VIII

- Wartawan

Rabu, 30 Juli 2025 - 09:17 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para pemain dan ofisial dari berbagai provinsi berpose bersama di Lapangan Polda NTB, menandai sejarah lahirnya cabang Sepak Bola Berjalan dalam ajang FORNAS VIII 2025. Tua-muda, pria-wanita, semua bersatu dalam semangat olahraga inklusif yang menempatkan kesehatan, kebahagiaan, dan kebersamaan di atas segalanya. (Foto: Istimewa)

Para pemain dan ofisial dari berbagai provinsi berpose bersama di Lapangan Polda NTB, menandai sejarah lahirnya cabang Sepak Bola Berjalan dalam ajang FORNAS VIII 2025. Tua-muda, pria-wanita, semua bersatu dalam semangat olahraga inklusif yang menempatkan kesehatan, kebahagiaan, dan kebersamaan di atas segalanya. (Foto: Istimewa)

Halontb.com – Sepak bola tak lagi milik mereka yang muda dan kuat. Di Lapangan Polda NTB, suara peluit berbunyi bukan untuk menyambut sprint atau tekel keras, melainkan untuk menandai lahirnya revolusi olahraga penuh kasih: sepak bola berjalan, atau walking football.

Untuk pertama kalinya, cabang ini resmi dipertandingkan dalam Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII, dan NTB sebagai tuan rumah memilih untuk tidak hanya menjadi penyelenggara, tapi juga pionir. Di bawah bendera Persejasi NTB, mereka turun penuh kekuatan dan mengusung ambisi besar menyapu bersih medali emas dari semua kategori.

Ketua Persejasi NTB, Musa Kazim Anwar, percaya NTB memiliki segalanya untuk unggul. “Targetnya jelas: emas di semua nomor. Kita ikut tiga kategori pria, wanita, dan campuran. Meski baru berdiri enam bulan, kami berlatih hampir tiap hari dan semangatnya luar biasa,” ungkap Musa, Rabu (30/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan modal kepengurusan di enam kabupaten/kota dan pelatih nasional seperti Nasir Salasa yang turut membina, Persejasi NTB bergerak cepat. Mereka tidak hanya membentuk tim, tapi juga membangun ekosistem olahraga inklusif yang menjadikan usia bukan batasan.

Hendra Hartono, Ketua Umum Persejasi Pusat, menyebut kehadiran walking football di Fornas sebagai momentum sejarah. “Kami ingin para pecinta bola usia 40 tahun ke atas tetap bisa main dengan aman. Tak ada lari, tak ada tekel, tak ada risiko. Ini olahraga untuk hidup sehat dan bahagia,” jelasnya.

Dari 22 provinsi yang telah memiliki kepengurusan Persejasi, delapan mengirim tim ke NTB. Jumlah pemain bervariasi antara lima hingga tujuh, bergantung pada tipe lapangan. Format round robin membuat setiap tim harus saling berhadapan, menjadikan pertandingan padat tapi bersahabat.

Yang membanggakan, banyak pemain NTB merupakan atlet senior. Bahkan beberapa pemain wanita berusia 50 hingga 70 tahun tetap tampil percaya diri, penuh semangat, dan tak kalah taktis. Semangat itu menjadi bukti bahwa olahraga bukan tentang kompetisi semata, tapi tentang merayakan hidup secara aktif.

“Ini soal menyatukan, bukan memisahkan. Soal menggerakkan ekonomi lokal, membuka peluang wisata, dan menunjukkan bahwa semua usia bisa bersinar,” kata Musa.

Fornas VIII tak hanya menandai kehadiran cabang baru, tapi juga menjadi saksi munculnya kekuatan baru dalam olahraga masyarakat Indonesia. Di lapangan tanpa tabrakan, semangat juang justru membara lebih hebat karena sepak bola berjalan tak butuh sprint, tapi butuh hati.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Zabur: Dukung MotoGP Mandalika 2025, Tapi Hak Warga Jangan Dikesampingkan
Ketua Bardam Nusa Ajak Masyarakat Dukung dan Sukseskan MotoGP Mandalika 2025
Ketua Forum Kadus Ajak Warga Desa Kuta Berperan Aktif Sukseskan MotoGP Mandalika
Mandalika Dipoles Jadi Kebanggaan, Pemprov NTB Malah Bilang Tak Sanggup Bayar
Ada Pungli di Bansis Milik Oknum Anggota DPRD NTB, Forum Rakyat Laporkan ke Kejati NTB
Proyek Misterius di Gelanggang Pemuda: Dikerjakan Tanpa Izin, Dibiayai Entah dari Mana
FKUB NTB Support Pelaksanaan MotoGP Mandalika 2025
Gemuruh di Selaparang: FORNAS VIII Bungkus Prestasi, Gairahkan Ekonomi, dan Teguhkan Persatuan Bangsa

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 12:36 WITA

Di Balik Nama Pembangunan: Dugaan Korupsi Lahan MXGP Samota Menganga

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:43 WITA

Istri Polisi Tersangka Pembunuhan, Tekanan Ekonomi Jadi Akar Tragedi Lembar

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:40 WITA

Dana Siluman Pokir: Ketika Uang Kembali, Tapi Keadilan Tak Pernah Datang

Jumat, 17 Oktober 2025 - 00:36 WITA

Kasus Brigadir Esco: Briptu RS dan 4 Tersangka Terancam Hukuman Berat Pasal 340 KUHP

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:53 WITA

Kuripan Berduka: Tubuh Roni Gantung Kaku, Pagi Bersuara Sunyi

Rabu, 15 Oktober 2025 - 07:08 WITA

Vonis 8 Tahun untuk Rosiady Dinilai Janggal, Penasihat Hukum Ajukan Banding

Kamis, 9 Oktober 2025 - 06:27 WITA

Korupsi Kian Merajalela, Aliansi Pecinta Keadilan NTB Serukan Reformasi Moral bagi Aparat Hukum

Rabu, 8 Oktober 2025 - 08:40 WITA

Laporan Sudah Dua Bulan, Tersangka Masih Misterius: Polisi Tunggu Apa Lagi ?

Berita Terbaru