Halontb.com – Satu per satu kepala naga dan singa berwarna-warni melompat lincah di tengah kerumunan. Suara tambur menghentak langit Mataram. Bukan sekadar pertunjukan ini adalah sejarah. Untuk kali pertama, barongsai tampil dalam kompetisi resmi Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII, membawa warna baru dari akar budaya ke panggung olahraga Indonesia.
Persatuan Liong dan Barongsai Seluruh Indonesia (PLBSI) menjadi pendorong utama inisiatif ini. Ketua Umum PLBSI, Prof. Nurdin Purnomo, menyebut kehadiran di FORNAS sebagai tonggak penting bagi eksistensi barongsai sebagai olahraga rekreasi yang mengandung nilai-nilai seni, budaya, dan semangat kolektif.
“Barongsai adalah olahraga yang lahir dari tradisi. Ada fisik, ada disiplin, ada nilai kebersamaan di dalamnya,” ujar Prof. Nurdin dalam wawancara khusus, Selasa (30/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak delapan provinsi berpartisipasi dalam kompetisi ini, di antaranya DKI Jakarta, NTB, Jambi, dan Jawa Barat. Sebelumnya 14 provinsi telah mendaftar, namun medan berat dan mahalnya logistik menjadi kendala bagi sebagian besar tim. Keterbatasan dukungan anggaran membuat sebagian batal hadir, menunjukkan masih jauhnya jalan bagi pemerataan budaya dan olahraga di negeri ini.
Mataram Mall, pusat perbelanjaan terbesar di Lombok, diubah menjadi arena seni budaya. Dua kategori dipertandingkan: Barongsai Tradisional yang menekankan aspek autentik, dan Barongsai Tambun yang lebih eksploratif. Penilaian dilakukan ketat oleh dewan juri PLBSI, mencakup aspek estetika, musik, kostum, teknik gerak, dan kreativitas tim.
“Kami ingin masyarakat melihat bahwa barongsai bukan hanya milik komunitas tertentu. Ini milik bangsa. Dan FORNAS adalah tempat tepat untuk menyuarakan itu,” tambah Prof. Nurdin.
Momen ini bukan hanya soal perlombaan, tetapi juga panggilan untuk membuka ruang lebih luas bagi budaya lokal dan minoritas dalam arena olahraga nasional. Barongsai, yang selama ini akrab dalam perayaan Imlek, kini tampil dengan wajah baru: penuh semangat olahraga, prestasi, dan kebangsaan.
FORNAS VIII di Lombok tak hanya menyajikan hiburan, tapi juga menyampaikan pesan mendalam: Indonesia besar karena ragam budaya yang dihidupi, dirawat, dan diberi ruang untuk tumbuh bersama. Dari barongsai di tanah Sasak, semangat persatuan menggema lebih lantang dari dentuman tambur.






