Halontb.com – Di saat banyak daerah mengandalkan konsep megah yang datang dari luar, NTB mengambil jalan berbeda. Provinsi ini membuktikan bahwa dengan semangat kolektif dan kepercayaan pada kemampuan anak daerah, panggung nasional sekelas FORNAS VIII bisa berdiri megah, membanggakan, dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Dalam waktu yang terbilang singkat hanya tiga bulan pemerintah provinsi NTB di bawah komando Gubernur Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal menggerakkan seluruh elemen lokal untuk menyiapkan ajang olahraga rekreasi terbesar di Indonesia. Tak ada vendor besar dari Jakarta, tak ada tim produksi raksasa. Semuanya dari NTB, oleh NTB, untuk Indonesia.
“Kami ingin FORNAS ini tidak hanya dikenang karena megahnya seremoni, tapi karena dampaknya terhadap ekonomi dan budaya lokal,” ujar Miq Iqbal dengan penuh keyakinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bahkan tema besar yang diusung, “Kalah Menang, Semua Senang”, menjadi pengingat bahwa inti dari olahraga masyarakat adalah kebersamaan, bukan rivalitas. Lebih dari 18.000 peserta dari seluruh Indonesia hadir, bukan untuk mengejar piala, tapi untuk saling menyapa dalam spirit persatuan.
Kehadiran Menko Pembangunan Kewilayahan, Dr. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjadi simbol bahwa pemerintah pusat pun menaruh harapan besar pada kekuatan komunitas. AHY dalam sambutannya menyebut bahwa olahraga yang lahir dari passion komunitas akan lebih berumur panjang.
“Olahraga yang muncul dari hati tidak hanya menciptakan tubuh yang sehat, tapi juga jiwa yang bahagia,” katanya.
Namun AHY tidak berhenti di situ. Ia menekankan bahwa event semacam ini punya multiplayer effect yang sangat nyata bagi ekonomi. UMKM lokal, sektor kuliner, penginapan, dan transportasi semua bergerak dalam satu denyut yang sama: FORNAS.
Dan bukan hanya warga NTB yang merasakan manfaat. Para peserta dari luar daerah juga membawa cerita pulang tentang keramahan, kelezatan kuliner, indahnya budaya Sasambo, serta betapa kuatnya daya gotong royong masyarakat lokal.
FORNAS VIII menjadi bukti bahwa panggung nasional tak harus dibangun dengan anggaran besar dan tim luar biasa mahal. Kadang cukup percaya pada kemampuan sendiri, dan sisanya diserahkan pada semangat kolektif masyarakat. NTB sudah membuktikannya.






