Halontb.com – Banjir bandang yang melanda Aceh Tamiang pada akhir November 2025 tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar soal tata kelola lingkungan di wilayah hulu. Di tengah puing dan lumpur yang menyelimuti sejumlah kawasan pedalaman, satu fakta mencuri perhatian publik: sebuah pondok pesantren justru menjadi penghalang utama laju jutaan gelondongan kayu yang terbawa arus deras.
Peristiwa itu kembali ramai diperbincangkan setelah linimasa media sosial diwarnai unggahan video dan foto yang memperlihatkan tumpukan kayu dalam jumlah masif menghantam kawasan sekitar Pondok Pesantren (PP) Darul Mukhlisin. Unggahan akun Instagram @tanyoe.acehtamiang pada Selasa, 23 Desember 2025, memperlihatkan bagaimana kayu-kayu dari hulu sungai menumpuk dan nyaris menerjang wilayah kota.
Menariknya, masjid yang berada di lingkungan PP Darul Mukhlisin justru menjadi titik yang menahan laju gelondongan kayu tersebut. Jika tidak tertahan, aliran kayu diperkirakan akan menghantam kawasan vital, termasuk RSUD Aceh Tamiang. Dalam unggahan itu tertulis singkat namun sarat makna, “Pesantren jadi benteng.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Fenomena ini kemudian memantik diskusi publik yang lebih luas. Di satu sisi, masyarakat melihatnya sebagai “keajaiban” yang menyelamatkan banyak wilayah dari dampak lebih parah. Di sisi lain, peristiwa ini mengungkap persoalan serius terkait aktivitas di daerah hulu sungai yang diduga menjadi sumber munculnya jutaan gelondongan kayu saat banjir bandang terjadi.
Sorotan serupa datang dari mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Melalui akun Instagram pribadinya @aniesbaswedan pada 17 Desember 2025, Anies membagikan video kunjungannya ke lokasi pesantren tersebut. Ia menegaskan peran pesantren sebagai pelindung warga saat bencana melanda.
“PP Darul Mukhlisin, pesantren yang menjadi benteng saat bencana,” tulis Anies.
Dalam video itu, seorang warga menjelaskan langsung kondisi di lapangan saat banjir bandang terjadi.
“Di bawah ini masih tinggi, Pak. Di bawah itu masih ada sekitar 10 anak tangga lagi,” ucap seorang warga ke Anies.
“Jadi semua kayu ini ditahan sama pesantren ini, Pak. Jadi benteng rakyat di sini,” imbuhnya.
Tak hanya tokoh politik, perhatian juga datang dari kalangan publik figur. Artis dan influencer Arie Untung turut mendatangi lokasi PP Darul Mukhlisin dan membagikan pengalamannya melalui akun Instagram @ariekuntung pada 19 Desember 2025.
“1 Kampung hampir hilang di Aceh Tamiang, namun bangunan pesantren ini menjadi benteng penahan banjir kayu,” demikian tertulis dalam video tersebut.
Arie menyebut, tumpukan kayu di area pesantren saat itu mencapai ketinggian sekitar empat meter. Menurutnya, tragedi ini seharusnya menjadi alarm keras bagi pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari aktivitas penebangan tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat sekitar.
“Andai yang menebang mau tanggung jawab merelokasinya, karena mereka sudah mengambil keuntungannya sedang musibahnya dirasakan warga,” tuturnya.
“Kalau melihat ini, aku yakin pemerintah akan marah dan mengambil tindakan kepada mereka,” tandas Arie.
Peristiwa di Aceh Tamiang ini menegaskan bahwa bencana tidak semata soal alam, tetapi juga konsekuensi dari keputusan manusia. Pesantren Darul Mukhlisin mungkin berhasil menjadi benteng terakhir, namun ke depan, solusi sesungguhnya tetap berada pada pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab agar tragedi serupa tidak kembali terulang.
















