Halontb.com – Memasuki musim penghujan akhir tahun 2024, harga bawang merah di NTB mulai mengalami kenaikan. Pelaku UMKM dan pengepul bawang merah di Kota Mataram, Bayu Aryadani, mencatat bahwa harga bawang merah kualitas super saat ini mencapai Rp25.000 hingga Rp37.000 per kilogram, naik dari harga normal yang biasanya berkisar Rp20.000 hingga Rp25.000 per kilogram. Kenaikan ini diperkirakan akan terus berlanjut, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru (NATARU) 2025, serta Ramadan mendatang.
Menurut Bayu, kenaikan harga ini disebabkan oleh menipisnya stok akibat berakhirnya masa panen raya dan terganggunya produksi bawang merah di wilayah Bima dan Sumbawa akibat curah hujan yang tinggi.
“Saat ini stok bawang merah yang tersedia sebagian besar berasal dari hasil panen di pegunungan Sumbawa dan Bima. Namun, karena hujan deras, banyak lahan yang tidak lagi cocok untuk ditanami,” ungkap Bayu, yang juga mengelola Bale Bawang Merah di Kr. Kelok, Kota Mataram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bayu menyoroti pentingnya kebijakan proteksi pasokan lokal. Ia mengusulkan agar pemerintah daerah membatasi pengiriman bawang merah ke luar NTB guna menjaga stabilitas stok dan harga di pasar lokal. “Jika terlalu banyak yang dijual keluar daerah, stok di sini akan semakin menipis, dan masyarakat NTB yang akan kesulitan,” tegasnya.
Sebagai langkah mitigasi, Pemerintah Provinsi NTB bersama instansi terkait telah menggelar berbagai program seperti Gerakan Pangan Murah (GPM) yang melibatkan UMKM untuk menyediakan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Namun, Bayu menekankan bahwa upaya ini perlu diimbangi dengan dukungan terhadap UMKM melalui penyediaan alat produksi. “Kami sangat membutuhkan mesin pengupas bawang merah untuk meningkatkan efisiensi produksi. Bantuan seperti ini sangat penting bagi UMKM untuk tetap kompetitif, apalagi jika ingin menembus pasar global,” ujarnya.
Bayu juga berharap Bank Indonesia perwakilan NTB dan mitra pemerintah lainnya dapat mengambil peran aktif dalam mendorong transformasi UMKM di NTB. Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, ia optimistis lonjakan harga dapat dikendalikan dan kebutuhan pangan masyarakat tetap terpenuhi di tengah momentum penting seperti NATARU dan Ramadan.