Halontb.com – Di tengah persaingan ketat industri perbankan, Bank NTB Syariah memilih langkah berbeda: mengakar di daerah sendiri. Dipimpin Direktur Utama baru, Nazaruddin, bank milik daerah ini merancang strategi jangka panjang untuk menguasai kembali pasar lokal mulai dari UMKM hingga pengelolaan dana APBD.
“Semangat kami sederhana: jadi raja di rumah sendiri,” ujar Nazaruddin. “Potensi ekonomi NTB itu besar, dan sudah saatnya dikelola oleh bank daerahnya sendiri.”
Langkah strategis dimulai dengan mengembalikan arah pembiayaan ke sektor produktif. Selama ini, porsi konsumtif masih lebih dominan. Padahal, sejak awal pendirian, cabang-cabang Bank NTB Syariah dibentuk untuk menopang sektor ekonomi lokal. “Ini bukan sekadar bisnis, tapi mandat pembangunan,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan latar belakang panjang di BRI, Nazaruddin menggerakkan perubahan dari dalam: pelatihan besar-besaran di 13 cabang dan 28 kantor cabang pembantu, penguatan peran productive officer, serta inovasi pembiayaan mikro lewat program “Tunas”.
Program Tunas dirancang bukan hanya memberi pinjaman, tapi juga membangun daya tahan dan kemandirian usaha kecil. “UMKM itu tulang punggung ekonomi kita. Kalau mereka kuat, ekonomi NTB juga kuat,” ujarnya.
Selain membangun basis mikro, Bank NTB Syariah menyiapkan strategi penguasaan ekosistem keuangan daerah. Baru 40 persen dana daerah yang saat ini dikelola bank daerah. “Itu hak kita. Dengan sistem SIPD, peluang untuk mengelolanya sepenuhnya terbuka lebar,” ujar Nazaruddin.
Tak ingin setengah hati, ia juga mendatangkan pensiunan manajer BRI untuk memperkuat eksekusi program. “Kami belajar dari yang terbaik, tapi untuk membangun rumah sendiri.”
Dengan arah strategi yang jelas dan dukungan pemerintah daerah, Nazaruddin yakin Bank NTB Syariah akan menjadi lokomotif baru ekonomi NTB. “Kita tidak harus bersaing di semua lini. Cukup kuat di wilayah sendiri, maka kita akan tumbuh,” pungkasnya.






