Halontb.com – Dini hari yang sunyi di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, berubah menjadi momen penuh haru. Suara lantunan doa bercampur dengan isak tangis perpisahan, ketika 386 Jamaah Calon Haji (JCH) asal Kabupaten Lombok Barat melangkah pasti menuju pesawat Garuda Indonesia yang akan membawa mereka ke Tanah Suci. Jumat, 1 Mei 2025, pukul 01.15 WITA, menjadi tonggak awal dari sebuah perjalanan spiritual yang tak semua insan diberi kesempatan untuk menapakinya.
Dengan nomor penerbangan GIA 5101, pesawat berbadan lebar Boeing 777 itu mengangkasa menuju Madinah, kota suci yang pertama kali akan mereka singgahi. Tiba pada pukul 09.00 waktu setempat, para jamaah akan memulai masa adaptasi sebelum menjalani seluruh rangkaian rukun Islam kelima yang penuh makna. Ini bukan sekadar keberangkatan, ini adalah perwujudan dari penantian, pengorbanan, dan panggilan jiwa.
Sebelum keberangkatan, seluruh jamaah telah memasuki Asrama Haji sejak Kamis pagi, mempersiapkan diri secara spiritual dan logistik. Dari total 386 jamaah, terdapat 214 laki-laki dan 172 perempuan, didampingi dua petugas kloter: seorang Ketua Kloter (TPHI) dan seorang Pembimbing Ibadah (TPIHI). Sebanyak 386 koli bagasi dengan berat total 6.246 kilogram dibawa—bukan sekadar koper dan pakaian, tetapi juga amanah, niat, dan kerinduan kepada Sang Pencipta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) NTB, Zamroni Aziz, yang turut hadir dalam pelepasan ini, memberikan sambutan penuh makna. Ia menekankan bahwa haji bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga kolaborasi lintas institusi dan masyarakat. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengawal ibadah para jamaah dengan doa dan dukungan.
“Kami memulai semuanya dengan ketulusan. Doa lintas agama dan ormas melibatkan lebih dari 20 ribu orang. Ini bukan hanya simbol toleransi, tetapi juga kekuatan spiritual bersama untuk para tamu Allah,” ucap Zamroni, dengan suara bergetar.
Lebih jauh, ia juga mengingatkan bahwa para petugas haji harus menanggalkan atribut formal mereka selama di tanah suci. Jabatan tidak penting, yang utama adalah pengabdian untuk memastikan para jamaah dapat menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman.
Jumlah jamaah haji reguler asal NTB tahun ini mencapai 4.230 orang, termasuk 225 lansia yang diprioritaskan karena keterbatasan fisik dan usia. Terdapat pula 36 Tim Pendamping Haji Daerah (TPHD), delapan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) aktif, serta 48 petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang akan menyertai 12 kloter yang diberangkatkan dari Embarkasi Lombok.
Inspektur Jenderal Kemenag RI, Faesal Ali Hasyim, turut menyampaikan pesan kebangsaan dan spiritual. Ia meminta agar para jamaah menjaga stamina dan saling menguatkan selama di Tanah Suci. Cuaca ekstrem, kepadatan jamaah dunia, serta ritme ibadah yang padat menjadi tantangan yang memerlukan kesabaran luar biasa.
“Jangan sampai lelah fisik mengalahkan niat spiritual. Jagalah kekompakan kloter, bantu yang lemah, dan selalu ingat bahwa ini adalah ibadah tertinggi untuk umat Islam. Niatkan semua hanya karena Allah,” tegas Faesal.
Sementara itu, dari sisi pemerintah daerah, hadir pula Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, dan Anggota DPR RI Dapil VIII NTB, Nanang Samudra. Keduanya menyampaikan pesan moral dan doa kepada para jamaah.
“Ini bukan sekadar perjalanan ibadah, ini momentum kehidupan. Bersikaplah rendah hati, saling membantu, dan jadikan ini sebagai pengalaman suci yang membawa pulang keberkahan bagi daerah kita,” tutur Gita Ariadi.
Nanang Samudra menambahkan, banyak orang mampu secara finansial namun belum dipanggil oleh Allah untuk menunaikan haji. Maka, bagi para jamaah yang diberangkatkan, kesempatan ini harus dimaknai sepenuh hati.
“Gunakan setiap detiknya untuk mendekat kepada Tuhan. Haji bukan soal fasilitas atau foto, tapi soal penghambaan dan keikhlasan,” pesannya.
Keberangkatan kloter perdana ini adalah simbol dari semangat spiritual masyarakat NTB yang terus terjaga. Di tengah gempuran modernitas, semangat menunaikan haji tetap menjadi cita tertinggi. Masyarakat mengantar mereka bukan hanya dengan peluk dan cium perpisahan, tapi juga dengan janji dalam doa: bahwa mereka akan pulang membawa haji yang mabrur, dan kisah suci yang menginspirasi generasi.
Dan kini, 386 tamu Allah itu tengah menapak jejak para nabi, membawa nama Lombok Barat dan Indonesia ke hadapan Ka’bah, dalam misi suci yang akan mereka kenang seumur hidup.
Editor : Reza






